Rabu, 06 Mei 2009

PRESS RELEASE


BYAR Creative Industry mempersembahkan:
HERTZ vol 2 Subsonic Sonar: Music Performance and Visual Art Show!
Dengan 142 seniman dari 23 kota menampilkan 710 karya.


Tempat dan Tanggal Pembukaan Acara:
Retro Creative House Jalan Teuku Umar nomor 6 Semarang.
Jumat, 8 Mei 2009.
Pukul 16.00 WIB (Pembukaan Music Performance).
Pukul 19:00 WIB (Pembukaan Pameran Seni Rupa).


HERTZ SUBSONIC SONAR

Sonar, sebuah akronim dari Sound Navigation and Ranging yang seringkali diaplikasikan kapal untuk menangkap gelombang suara dalam navigasi di bawah laut untuk berkomunikasi dengan kapal yang lain. Dalam hal ini Sonar sebagai sebuah analogi sebuah aktivitas untuk menangkap energi anak muda dalam berkarya. Karya dalam hal ini tidak hanya dalam senirupa saja, namun juga lintas disiplin.

Sedangkan sonic adalah sebuah bebunyian yang dihasilkan dalam sebuah benda dengan kekuatan dentuman yang dasyat. Dalam hal ini sonic telah banyak dihasilkan sebagai perannya terhadap bebunyian. Imbuhan "sub" mengindikasikan aktivitas anak muda yang belum terdeteksi. Maka sonar ini berfungsi untuk menangkap sinyal-sinyal dari subsonic yang bergejolak (Garna Raditya).


TAK SEKADAR MENGGABUNGKAN DUA DISIPLIN
Kenapa The Beatles sangat ribet untuk mempersiapkan sampul Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band, sebuah album magnum opus mereka. Sampul album dengan konsep psikedelik yang dinobatkan sebagai The Greatest Album of All Time versi majalah Rolling Stone pada 2003 ini meraih Piala Grammy dalam kategori Best Album Cover tahun 1968. Dan kenapa pula, The Rolling Stones dan The Velvet Underground menyewa seniman sekelas Andy Warhol untuk mendesain sampul album mereka.

Urban Fest yang dihelat beberapa waktu lalu juga memunculkan kecenderungan yang sama. Sang penggagas acara mencoba menggabungkan dua bidang seni yang berbeda, acara pameran seni rupa digabungkan dengan konser musik.

Sebenarnya ada kecenderungan apa dibalik ini? Tentu tak sekadar menarik perhatian saja. Munculnya karya seni adalah buah dari respon panca indera seniman terhadap objek yang mereka lihat, dengar dan rasa. Dari situ muncul sebuah pemaknaan baru yang memunculkan ide untuk meretaskan sebuah karya seni. Pada dasarnya setiap orang adalah seorang seniman. Meminjam ujaran dalam salah satu esai Roland Barthes, Death of the Author. Akan muncul pemaknaan baru yang berlanjut pada olah rasa bagi tiap teks yang kita baca, yang tak mampu dihalangi oleh makna yang dimaksudkan penulisnya.

Sejatinya ada 4 fungsi seni. Pertama seni sebagai medium penyebaran agama. Kedua, seni sebagai hiburan. Ketiga, seni sebagai alat penyadaran. Dan, keempat, seni sebagai alat inovasi. Langkah menggabungkan seni rupa dan seni musik masuk dalam fungsi keempat yakni seni sebagai alat inovasi. Imbas dari ini diharapakan adanya proses saling memberi insipirasi dari dua disiplin seni ini. Eksplorasi Peter Blake, sang desainer album Sgt Pepper’s Lonely Hearts Club Band yang menempatkan foto personil The Beatles memakai kostum marching band ditemani tokoh terkenal macam Edgar Allan Poe, Karl Marx dan Marilyn Monroe yang terbuat dari karton tentu dibuat untuk mengimbangi alter ego John Lennon dan kawan-kawan dalam bermusik saat itu. Kebutuhan untuk berinovasi inilah yang membuat album ini kebanjiran apresiasi positif hingga saat ini.

Tak jarang musisi atau perupa yang mencoba menyalurkan kreatifitasnya melalui medium seni rupa atau sebaliknya. Aprilia Apsari, Arian 13, Soni Irawan dan lain-lain. Bahkan nama pertama menyiratkan satu hal yang menarik. Aprilia Apsari adalah vokalis band White Shoes and The Couples Company (WSTCC). WSTCC adalah salah satu dari deretan band yang beralmameter Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Yang lain bisa disebut contoh-contohnya seperti Naif, Goodnight Electric, Clubeighties dan The Adams. Band-band ini mayoritas berekspresi melalui jalur independen. Scene musik IKJ mampu mengumandangkan spirit kreatif pada dunia musik Indonesia yang sekarang cenderung seragam. Terbukti kolaborasi dua disiplin ini mewujud ke sebuah iklim kreatif sekaligus inspiratif.

MEWADAHI GEJOLAK YANG BELUM TERWADAHI

“Hertz Subsonic Sonar” bisa ditera sebagai sebuah upaya menangkap dan memetakan gejolak kreatif anak muda Semarang yang belum terdeteksi. Mereka yang gemar mencoba hal-hal baru ternyata melahirkan potensi-potensi yang rasanya sayang jika tak mendapat peluang untuk berkembang. Kehadiran karya dan musisi dari luar kota seperti Bandung dan Jakarta tak melulu dijadikan sebagai parameter sejauh mana eksistensi kreatif anak muda Semarang. Meskipun masih diakui jika pelaku-pelaku kreatif Semarang masih harus banyak belajar dari mereka.

Bagaimanapun even penggabungan dua disiplin seni ini tak dimaksudkan untuk berujung pada sebuah kemeriahan saja. Ada hal yang bersifat esensial dan fundamental di sini. Keduanya saling mengisi untuk memunculkan inovasi dalam proses berkarya masing-masing. Diharapkan juga akan muncul kesadaran bagi pelaku-pelaku kreatif antardisiplin di Semarang untuk berjejaring. Jejaring-jejaring ini nantinya membuahkan kerjasama mutual dan sinambung untuk membangun iklim kreatif Semarang yang khas dan memiliki posisi tawar. Dan, tentunya tidak mencerabut akarnya masing-masing.

Dengan musik noise, ambience, dan experimental yang ditawarkan memperlihatkan kecenderungan ini. Karya-karya visual yang diwujudkan dalam ukuran A4 yang banyak diaplikasikan melalui medium baru, menyiratkan kesegaran ide dalam benak agen-agen kreatif muda Semarang. Sebuah gejolak yang tentunya sangat disayangkan jika hanya dirayakan (Chabib Duta Hapsoro).

Terimakasih.



Garna Raditya
Hp: +6281 795 148 43
e-mail: apiaira@yahoo.com
Chabib Duta Hapsoro
Hp: +6281225010215


Siaran Pers ini diterbitkan oleh BYAR Creative Industry

Kamis, 16 April 2009

HERTZ vol 2: Subsonic Sonar Music & art fest

AJAKAN PAMERAN!

Hertz Vol.2: Subsonic Sonar
BYAR Creative Industry

Dua tahun terakhir, bergeliatnya perkembangan kreatif anak muda tak ubahnya sebagai sebuah budaya adaptasi. Adapula itu sebagai keluhan, energi bahkan stimulan untuk mencari arus, kemanakah kanal-kanal infrastruktur akan terbangun?

Dalam geraknya, ruang-ruang pertemuan dan kegiatan sangat mengakomodasi berbagai macam pemikiran dan gagasan-gagasan. Seringkali gagasan-gagasan tersebut hanya berputar pada pergumulan satu disiplin saja, untuk melihat dari perspektif lain membutuhkan seseorang di luar disiplin tersebut. Jika dari berbagai disiplin, ruang dan pemikiran dipertemukan, apa jadinya?

Sektarian dan eksklusivime adalah kesamaan musuh yang harus ditanggulangi anak muda, begitu tahu bahwa solidnya sebuah kota dalam jalinan komunikasi dan kolaborasi lintas disiplin menjadi salah satu solusi untuk menggoyahkan dinasti kekakuan. Para anak muda tersebut serentak saling memperkuat komunitasnya dan mengukuhkan eksistensinya. Namun eksistensi tersebut mulai terasa kurang jika tidak menjalin jejaring, karena dalam lingkar pemikiran secara kolektif untuk saling mengenal, jejaring berbuah manfaat yang berlimpah. Secara estafet dan stimultan memberikan informasi terhadap keberadaan eksistensi komunitas, individu dan letak kota.

Ada 2 kekuatan anak muda yang harus diperhatikan, musik dan seni visual telah menjadi gairah bagi kota-kota lain untuk merespon kehidupan sekarang ini. Semarang sebagai kota besar telah memiliki problematikanya. Kedua disiplin itu pun merespon secara apresiasif dengan harapan perkembangan kota secara struktural pun harus seimbang dengan gejolak budaya anak muda dengan melalui berbagai rasa. Yang kini bergeliat adalah musik dan seni visual, masing-masing telah menyadari betapa saudara kandungnya yang lama tak sua, kini kembali bercengkrama.

Seberapa hangatkah jika kedua disiplin yang bengal tersebut, musik dan seni visual dipertemukan dan menjadi sebuah bentaran perayaan seni dan budaya yang menggairahkan untuk anak muda? Jika ini memang baru untuk kota Semarang, apa yang terjadi setelahnya? Setidaknya mereka telah bersenang-senang dan tidak sekaku yang kita kira.



TUJUAN
Program kerja Divisi Festival Byar Creative Industry mengkolaborasikan 2 disiplin seni yang berbeda yaitu Musik dan seni rupa.
Sebagai wadah kreasi para seniman muda Semarang dan kota-kota lain di Indonesia.
Sebuah kesadaran untuk memperluas jaringan kerjasama antara pelaku seni skala nasional.
Memetakan dan promosi secara bersama-sama akan potensi seni saat ini.

BENTUK DAN WAKTU PELAKSANAAN
Hertz Vol.2 : Subsonic Sonar ini adalah sebuah kolaborasi pameran seni rupa dan pagelaran musik, dan melibatkan banyak seniman muda dari Semarang, Bandung, Solo, Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta.
Acara ini mempunyai target di ikuti oleh
100 perupa dari Semarang - 50 perupa dari luarkota - 5 Band/ Musisi dari Semarang - 7 BandMusisi dari Bandung.
Pembukaan: Jumat/ 8 Mei 2009.
Waktu: 16:00 – 22:00 WIB.
Tempat: Retro Creative House, Semarang.

KONTAK
Garna Raditya 0817 951 484 3
Lina Nurdiana 081326 568 559/ linanurdiana@yahoo.co.id
Mochammad Salafi Handoyo Ridho 081326760777/ ruparidho@yahoo.co.id
BYAR Creative Industry
Perum BPD II No. 35 Kalicari Pedurungan
Semarang 50199 Indonesia.

KETENTUAN KARYA SENIRUPA
Tanpa seleksi.
Konsep/ gagasan bebas.
Tehnik/ jenis bebas.
Ukuran A4.
Posisi berdiri/ Potrait.
Masing-masing peserta 5 karya.
Sudah difinishing sebelumnya.
Tanpa kemasan/ pigura/ dll.
Setiap peserta kolektif sebesar Rp. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah).

PENGUMPULAN KARYA
Dead Line Pengumpulan Karya 25 April 2009.
Pengiriman karya menggunakan AMPLOP/ Plastik pelindung, untuk keamanan karya.
Dokumen lain yang diikut sertakan dalam CD: Nama Lengkap, Kontak, CV, Porto Folio, Email, Web/ Blog, Facebook.
Iuran setiap peserta kolektif sebesar Rp. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah).
Alamat Kirim:
BYAR Creative Industry
Perum BPD II No. 35 Kalicari Pedurungan
Semarang 50199 Indonesia.

RANCANGAN DISPLAY
Display karya sepenuhnya adalah hak dan tanggung jawab panitia, dengan dibantu seniman.
Karya ukuran A4 sebanyak 5 karya/ seniman, akan didisplay tanpa kemasan.
Karya akan didisplay berdekataan (antara karya satu dengan lainnya) untuk memenuhi dinding ruang pamer.
Kebersihan dan keamanan karya merupakan tanggung jawab panitia (dimana untuk kebersihan, seniman sebelumnya bertanggung jawab melakukan proses finishing untuk masing-masing karyanya).

KOMPENSASI
Semua nama seniman yang terlibat akan dipublikasikan melalui Poster.
Semua karya dan nama seniman yang terlibat akan dipublikasikan melalui blogspot, facebook sebagai media promosi dan wadah jaringan kerjasama.
Hasil dokumentasi dan karya yang terkumpul akan dipamerkan ulang sebagai karya project di beberapa event seni skala lokal, nasional dan internasional. Berkaitan dengan hal tersebut seluruh seniman yang terlibat berhak mencantumkan keikutsertaannya di beberapa event seni tersebut.

MEDIA PROMOSI
Poster A2
Web BYAR Creative Industry.
Facebook BYAR Creative Industry.
Release ke media-media cetak yang berskala Nasional.
Mosh Magazine.
Buletin Tanda.
Trax FM, IBC FM.
Bekerjasama dengan beberapa organisasi sejenis.
www.semarangonfire.net
www.deathrockstar.info
www.trulyyogya.com
www.speedytrak.net
www.rockisnotdead.net
www.apokalip.com
www.textureculture.blogspot.com
Dan seluruh jaringan kerjasama BYAR Creative Industry lainnya baik skala lokal, nasional, internasioanal.

KOMITE FESTIVAL
Direktur Festival: Garna Raditya.
Manager Festival: M. Salafi Handoyo Ridho/ Maretha MH.
Administrasi: Lina Nurdiana.
Pameran Seni rupa: M. Salafi Handoyo Ridho.
Pertunjukan musik: Garna Raditya.
Hubungan Internasional: Kus Hatmoko.
Humas: Samsul Today.
Web dan publisis: Garna Raditya.
Dokumentasi dan Riset: Chabib Duta Hapsoro.

MUSIC PERFORMANCE
10 Band Bandung
A Stone A (noise rock)
Sungsang Lebam Telak (free-jazz)
Serigala Jahanam (drone, sludge)
Aneka Digital Safari (noise)
Neowax (indie rock)
The Crowded Room (experimental, noise)
Multinarasi Analog (experimental)

Band Semarang
Terror/ Incognita (Experimental, noise)
Privacy (grunge)
OK Karaoke (indiepop)
Lipstick Lipsing (indierock)
He Ivy (sludge)

JARINGAN DAN KOORDINASI KOTA
Garna Raditya (Semarang).
Mochammad Salafi Handoyo (Semarang).
Lina Nurdiana (Semarang).
Mohammad Akbar (Bandung).
..................(Bandung).
Tri Wahyudi (Surakarta).
Dito (Yogyakarta).
Sanca (Jakarta).
David Tandayu (Jakarta).
Yudis (Surabaya)



HERTZ vol 2: Subsonic Sonar Music & art fest
BYARCreative Industry
Garna Raditya (Directur Festival).
Sekretaris (Lina Nurdiana).

Selasa, 13 Mei 2008

AGENDA KEGIATAN 2008





UNDANGAN/ PRESS RELEASE


BYAR Creative Industry dan HIVOS people unlimited
bekerjasama dengan Mohammad Rofikin dan Wibowo Adi Utomo
mempersembahkan:

BANALITAS URBAN
Pameran senirupa dengan mengkolaborasikan dua seniman muda yang memiliki kemampuan dalam melukis realis, serta kematangan dalam memunculkan wacana yang cukup segar. Kedua seniman tersebut adalah Mohammad Rofikin (Semarang) dan Wibowo Adi Utomo (Yogyakarta).


Tempat dan Tanggal:
Ruang Pamer BYAR Creative Industry,
Perum BPD II No. 35 Kalicari Pedurungan, Semarang 50199
Jawa Tengah Indonesia.
Pembukaan Pameran, Sabtu, 29 Mei 2008, pukul 19:00 WIB.
Pameran Berlangsung, 29 Mei – 14 Juni 2008.


Presentasi dan Artist Talk:
Hari Minggu, 30 Mei 2008, pukul 15:00 WIB.
Pembicara:
Mohammad Rofikin (Semarang)
Wibowo Adi Utomo (Yogyakarta)
M Salafi Handoyo (Semarang)


Konsep Seniman:

KEBANALAN MANUSIA MENIKMATI ALAM

Oleh Mohammad Rofikin


Alam memberikan kehidupan pada manusia. Alam juga menjadi inspirasi bagi pemikir. Alam menyediakan apapun yang manusia butuhkan. Manusia selalu menuntut alam untuk memperbarui dan memperbanyak diri, demi mengenyangkan perut manusia. Alam telah berbuat banyak untuk manusia. Lantas, apa yang manusia berikan untuk alam? Atas nama untuk bertahan hidup, manusia menghalalkan segala cara mengeksploitasi alam. Banyak hal yang disadari ataupun tidak telah melukai alam. Luka itu lama-lama membesar dan ada saatnya nanti alam tidak kuasa menahannya. Banalitas Urban, cara pandang dan sikap manusia saat ini. Tetapi modernitas tersebut jarang memperhatikan alam dan lingkungan secara bijaksana. Bagaimana jika alam mulai marah, meminta kebebasan untuk memilih apa yang baik buatnya? Alampun berhak marah dan bereaksi untuk bertahan, karena tak hanya manusia yang mempunyai kebebasan untuk bertahan hidup? Kebanalan manusia menikmati alam telah melewati batas kewajaran. Ekosistem banyak tercuri, mengakibatkan ketidakseimbangan antara pemberi dan penerima, antara alam dan manusia. Jika ketimpangan itu semakin menjadi, bisakah manusia mempertanggungjawabkan perbuatannya? Maukah manusia dipersalahkan? Sungguh kebanalan itu terjadi karena desakan nafsu dan ketidakpuasan manusia belaka…





BANALITAS URBAN
Oleh Wibowo Adi Utama


Di antara panas sinar matahari menyemangati roda roda yang berputar di atas aspal diiringi fatamorgana pada pandangan mata, melintas sebuah truk dengan pintu baknya yang terlukiskan figur perempuan bertubuh ramping setengah telanjang berpose mesum berbau porno yang bertuliskan “cari nafkah demi desah!!!” diatasnya dihiasi pantat pantat besar berwarna putih dari binatang yang biasa kita sebut sapi adalah satu contoh bentuk karya seni visual yang sering kita jumpai dijalanan. Norak, lucu, naif, mesum, liar, ndeso bahkan wagu, namun jujur dan unik adalah hal yang saya rasakan jika melihat gambar/ lukisan dan tulisan yang ada di pintu belakang bak truk yang biasa lalulalang di desa maupun di kota - kota besar dengan membawa pasir, sayur, ternak maupun barang yang lainnya. Memang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa karya visual yang muncul pada pintu bak truk bukan sematamata keinginan sang kreator (pelukis bak truk) namun tidak lebih dari keinginan sang pemilik truk atau supir truk sendiri. Meskipun visualisasinya terkadang kurang klop dengan tulisan/ manifestonya namun hal itu yang saya terima dan saya hargai sebagai paradigma si pemilik truk/ supir truk. Paradigma remeh temeh dan (sering dianggap) selera rendah kaum urban yang tertuang pada karya seni visual pada pintu bak truk tersebut masih termarjinalkan oleh masyarakat luas bahkan oleh publik seni visual indonesia sendiri. Citra selera rendah yang melekat pada karya seni visual di pintu bak truk tersebut menginspirasi saya untuk menampilkannya diruang pameran yang lebih elitis dari wilayahnya yang panas, kotor, berasap dan berdebu agar bisa diakui dan lebih dihargai sebagai karya seni visual ride art yang asli dari indonesia. (bukan berarti saya meragukan asalmuasal seni visual street art yang berkembang di indonesia lhoo...q).


BYAR Creative Industry
Didirikan di Semarang pada 24 Desember 2006. Sebagai organisasi yang fokus dalam mengembangkan serta mengkaji ilmu seni melalui pendekatan terhadap anak muda. Faktor mendirikan BYAR Creative Industry adalah sebuah reaksi akan lemahnya infrastruktur seni di Indonesia, khususnya dikota Semarang. Dalam kegiatannya organisasi ini mencoba menciptakan fungsi/ sarana alternatif bagi seniman. Diantaranya ruang pamer, publikasi, manajemen, eksperimen karya, serta pendokumentasian dengan tujuan mampu meningkatkan kemampuan seniman untuk bertahan serta mencari peluang bagi dirinya. Visinya aktif dalam mengumpulkan data, mengadakan proyek seni, dan membangun jaringan kerja dengan organisasi sejenis guna perkembangan bidang seni. Sedangkan misinya adalah mengkaji ilmu seni untuk membuka lebar kesempatan/ peluang bagi seniman dalam lingkup nasional dan internasional.



Kontak:
BYAR Creative Industry
Perum BPD II No. 35 Kalicari Pedurungan, Semarang 50199
Jawa Tengah – Indonesia
Telp: +6224-76745540
e-mail: beritabyar@gmail.com
M. Salafi Handoyo (Ridho)
Hp: 081326760777
e-mail: ruparidho@yahoo.co.id










Kamis, 03 April 2008

ILUSTRASI COVER BUKU KtoK Project

Karya Bambang TOKO Witjaksono
Domisili Seniman di Yogyakarta
Keterangan Ilustrasi Buku KtoK Project
Produksi Tahun 2008

Karya Kos to Kos Project KONTEMPLASTIK

Model Khori Teguh
Photo Abikara Widyan A
Desain M Salafi Handoyo (Ridho)
Produksi BYAR Creative Industry 2008
Event Pameran Senirupa KONTEMPLASTIK
Tanggal 10 - 16 April 2008
Tempat Galeri Senirupa TBJT Solo Indonesia